Inilah Obat yang Perlu Dihindari Penderita Hipertensi

Inilah Obat yang Perlu Dihindari Penderita Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. Penyakit ini dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.

Oleh karena itu, pengelolaan tekanan darah yang tepat sangat penting bagi penderita hipertensi. Salah satu langkah yang harus diperhatikan adalah pemilihan obat-obatan, karena beberapa jenis obat dapat memperburuk kondisi hipertensi atau berinteraksi negatif dengan obat hipertensi yang sedang dikonsumsi.

Berikut adalah beberapa kandungan dalam obat yang perlu dihindari oleh penderita darah tinggi.

1. Obat-obatan yang Mengandung Kafein

Kafein adalah stimulan yang dapat meningkatkan tekanan darah. Meskipun efeknya bersifat sementara, konsumsi kafein dalam jumlah besar atau secara rutin dapat meningkatkan tekanan darah dan mengganggu pengobatan hipertensi.

Oleh karena itu, penderita hipertensi disarankan untuk menghindari obat-obatan atau minuman yang mengandung kafein berlebihan, seperti obat penurun rasa kantuk, obat flu, atau suplemen yang mengandung kafein.

2. Obat Dekongestan

Obat dekongestan sering digunakan untuk mengatasi hidung tersumbat akibat flu atau alergi. Namun, sebagian besar obat dekongestan mengandung bahan aktif seperti pseudoefedrin dan fenilefrin yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

Penyempitan pembuluh darah ini dapat meningkatkan tekanan darah, yang tentunya sangat berisiko bagi penderita hipertensi. Oleh karena itu, obat-obat ini sebaiknya dihindari oleh penderita darah tinggi.

3. Obat Penghilang Nyeri Nonsteroid (NSAID)

Obat penghilang nyeri golongan nonsteroid, seperti ibuprofen, naproxen, dan diklofenak, sering digunakan untuk meredakan nyeri tubuh atau nyeri sendi.

Namun, obat-obatan ini dapat menyebabkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah, serta mengganggu efektivitas obat-obatan penurun tekanan darah yang sedang digunakan. Penggunaan NSAID secara rutin dapat memperburuk kondisi hipertensi dan meningkatkan risiko gangguan ginjal.

4. Obat-obatan Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah obat yang sering digunakan untuk mengobati peradangan, alergi, dan gangguan autoimun. Meskipun efektif dalam mengurangi peradangan, kortikosteroid dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, penurunan efektivitas obat hipertensi, dan gangguan keseimbangan elektrolit tubuh.

Penderita hipertensi harus berhati-hati dalam penggunaan obat kortikosteroid, dan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya.

5. Obat-obatan Hormonal

Obat hormonal seperti pil kontrasepsi dan terapi pengganti hormon (HRT) dapat meningkatkan tekanan darah pada sebagian orang. Efek ini terutama terlihat pada wanita yang sudah memiliki faktor risiko hipertensi.

Pil kontrasepsi, misalnya, mengandung hormon estrogen yang dapat meningkatkan retensi cairan dan menyebabkan kenaikan tekanan darah. Oleh karena itu, wanita dengan hipertensi disarankan untuk memilih metode kontrasepsi yang lebih aman, seperti kondom atau IUD, setelah berkonsultasi dengan dokter.

6. Obat Antidepresan Tertentu

Beberapa jenis obat antidepresan, seperti antidepresan trisiklik (TCA) dan inhibitor monoamine oksidase (MAOI), dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu, beberapa antidepresan selektif serotonin reuptake inhibitors (SSRI) juga dapat mempengaruhi tekanan darah pada sebagian penderita.

Penderita hipertensi yang membutuhkan obat antidepresan harus berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan obat yang tidak berdampak buruk pada tekanan darah.

Penderita hipertensi harus berhati-hati dalam memilih obat-obatan yang mereka konsumsi. Menghindari obat-obatan yang mengandung kafein, dekongestan, NSAID, kortikosteroid, obat hormonal, dan beberapa jenis antidepresan dapat membantu mengelola tekanan darah agar tetap stabil.

Sebaiknya, selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apapun, baik itu obat resep, obat bebas, atau suplemen, agar tidak memperburuk kondisi hipertensi dan memperkecil risiko komplikasi.

Yuk dapatkan informasi selengkapnya terkait penyakit, obat, suplemen, vaksin, vitamin, artikel kesehatan, dan seputar kefarmasian dengan mengakses laman pafi.id sebagai laman resmi organisasi Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI).

Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *